Lencana Facebook

Powered By Blogger
Danang. Diberdayakan oleh Blogger.

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA


Seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu” ia bertanya lagi, “lalu siapa lagi?” Nabi berkata, “Ibumu” “Kemudian siapa lagi?” lanjut lelaki itu. “Ibumu”. Jawab Nabi. Lelaki itu kembali bertanya, “Lalu siapa lagi?” Rasulullah berkata, “Bapakmu.”
(HR. Mutafakun Alaih)

A.  KEUTAMAAN AYAH DAN IBU
Seandainya kita bertanya kepada seorang ayah atau ibu, “Mengapa engkau rela berkorban untuk anak-anakmu?”
“Mengapa engkau meninggalkan rumah, rela mengorbankan waktu istirahatmu, dan bekerja keras dalam hidup ini?”
Jawaban atas pertanyaan itu hanya satu, “Kami rela berpayah-payah dan bekerja keras adalah untuk anak-anak kami agar mereka hidup bahagia serta bisa bersekolah dan melakukan aktivitas dengan penuh kebahagiaan.­”
Allah Ta’ala berfirman
Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada ibu-bapaknya.
(Al-Ankabut:8)

Sang ibu telah mengandung janin  yang ikut makan bersamanya. Sehingga badannya lemah. Akan tetapi ia tetap bersabar ketika mengetahui bahwa anaknyalah yang memakan makanan (yang masuk dalam tubuhnya) Andai harus berkorban nyawa, niscaya ia akan memberikan nyawa tersebut sebagai hadiah untuk anaknya.
Kemudian ia menyusuinya hingga dua tahun penuh. Mengasuh sang bayi yang tidak bisa berbuat apa-apa sejak ia masih kecil. Ketika itu, ia hanya bisa menangis, tidak bisa berjalan dan berbicara, maka sing ibu membimbingnya. Ia  lewati malam yang begitu panjang tanpa tidur dan beristirahat  ketika  sikecil  revel.
Dialah yang bercucuran air mata dikedua pipinya ketika mengetahui anaknya jatuh sakit. Maka dengan segala upaya ia berusaha keras untuk kesembuhan  anaknya.
Lalu giliran sang ayah bekerja keras, membanting tulang untuk kemuliaan hidup anak-anaknya yang masih kecil. Sang ayahlah yang menjadi penopang bagi anak, tentunya setelah Allah SWT.
Namun setelah sang anak tumbuh dewasa, mereka lupa atas kebaikan dan jasa-jasa ini. Mereka berlaku bakhil kepada kedua orang tuanya sampai-sampai dalam hal kenikmatan (dunia)­.
Maka mulai saat ini saya peringatkan kepada kalian wahai anak-anak dengan beberapa pertanyaan berikut ini :

“Siapa yang telah mengandungmu dalam perut selama sembilan bulan?”
“Siapa yang, telah bersabar menahan rasa sakit ketika melahirkanmu  hingga hampir saja ia meninggal dunia?”
“Siapa yang telah menyusuimu selama dua tahun penuh?”
“Siapa yang terjaga semalaman dan mengorbankan waktu istirahatnya untukmu, untuk mencukupi kebutuhan pangan dan sandangmu?”
“Siapa yang membawamu kedokter ketika kamu sakit, membelikan obat untukmu. Ia tidak bisa tersenyum hingga Allah menyembuhkanmu?”

Sesungguhnya kita tidak akan bisa merasakan begitu betapa  berharganya seorang ayah atau ibu, kecuali ketika kita telah  kehilangan salah satu dari mereka. Maka muliakanlah kedua orang tuamu, niscaya Allah SWT akan memuliakanmu juga.


B.  HUKUMAN BAGI ORANG YANG DURHAKA KEPADA ORANG TUANYA
Dikisahkan pada zaman dahulu ada seorang laki-laki yang memukul ayahnya dan menyeretnya dengan pakaiannya sehingga sampai  ditoko penjual makanan. Ketika orang ini telah lanjut usia sedangkan ayahnya telah meninggal dunia, pemilik toko ini menyaksikan kejadian yang sangat aneh. Lelaki yang memukul ayahnya tadi datang lagi. Akan tetapi kali ini ia datang bersama anaknya. Alangkah menakjubkan, ternyata anak tersebut juga memukul ayahnya sebagaimana sang ayah dulu memukul kakeknya. Ketika anak dan ayahnya tersebut sampai di depan toko makanan, sang ayah berteriak, “Cukup wahai anakku, ayahmu dulu menyeret kakekmu hanya sampai disini saja, jangan kau tambah lagi!”
Dikisahkan pula, ada seorang lelaki kaya yang memiliki anak yang masih kecil, ia juga memiliki ayah yang sudah lanjut usia yaitu kakek dari anaknya. Lelaki ini meletakkan makanan untuk ayahnya pada sebuah wadah yang terbuat dari kayu. Si anak bertanya kepada sang ayah “Wahai ayah, mengapa kau letakkan makanan kakek dimangkuk kayu ini?”
Sang ayah menjawab, “Sesungguhnya kakekmu itu sudah tua, aku kawatir ia akan memecahkan mangkuk-magkuk kita yang harganya mahal.”
Maka sianakpun berucap, “Kalau begitu, tolong simpankan mangkuk kayu itu wahai ayah, hingga natinya aku bisa menggunakannya untuk menyuguhkan makanan kapada ayah jika ayah sudah seumur kakek !” Inilah buah dari kejahatan yang hanya menuai penyesalan…sedangkan balasan atas perbuatan baik adalah kebaikan juga.
Rasulullah SAW telah memberitahukan kepada kita dalam sabda beliau, “Setiap dosa itu akan ditangguhkan balasannya oleh Allah hingga akhir kiamat  kelak, kecuali dosa durhaka kepada orang tua. Adzabnya akan disegerakan ketika sipelaku masih hidup, sebelum kematiannya,”
Setiap dosa yang diperbuat oleh manusia akan diampuni oleh Allah atau akan dihisap diakhirat nanti, kecuali dosa durhaka kepada ayah dan ibu. Adzabnya akan ditimpahkan dengan segera kapada pelakunya.
C. APA YANG HARUS DILAKUKAN ORANG YANG DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA JIKA  IA  MAU  BERTOBAT ?
Ketika Allah SWT akhirnya ridho terhadap anak yang dahulunya durhaka. Dia memberikan jalan taubat baginya dan menginginkan agar anaknya tersebut bertaubat.
Maka barang siapa ingin bertaubat dari dosa durhaka kepada orangtua, hendaknya ia menemui kedua orangtuanya dan meminta maaf kepada keduanya serta memohon kerelaan mereka atas sikapnya yang menentang selama ini.
Demi Allah, sesungguhnya hati ayah dan ibu itu sangat lembut, sehingga mereka akan segera memberikan maaf dan pengampunan kepada anaknya dengan segera. Kemudian ia meminta ampunan kepada Allah SWT dan berjanji untuk tidak mengulangi dosa tersebut pada kesempatan yang lain.
Dan barang siapa yang kedua orangtuanya telah tiada sedangkan ia pernah berlaku durhaka terhadap mereka, maka hendaknya mendatangi  kuburan kedua orangtua tersebut, meminta ampunan kepada Allah. Kemudian ia Meminta ampunan kepada Allah untuk dirinva sendiri. Kemudian bersedekah untuk ruh kedua orangtuanya, dan berbuat baik kepada kerabat mereka; agar dengan semua ini Allah Azza Wajalla berkenan mengampuni mereka

INGAT: Allah hanya berwasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua orangtuanya dan tidak mewasiatkan hal itu kepada orangtua terhadap anak-anaknya.

D.  HIKMAH YANG BISA DIPETIK
  1. Taat dan berbuat baik kepada kedua orangtua tatkala mereka masih hidup dan ketika mereka telah tiada.
  2. Durhaka kepada kedua orangtua adalah dosa paling besar yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
  3. Ayah dan ibu kitalah yang menjadi kunci keberadaan kita di dunia setelah Allah SWT.
  4. Mengetahui hak-hak orangtua ketika mereka masih hidup dan sesudah mereka tiada.
  5. Apa pun yang kita lakukan tidak akan mampu membalas jasa kedua orangtua kita terhadap kita.
  6. Segera bertaubat dari dosa durhaka kepada orangtua sebelum Allah menimpakan adzab-Nya atas kita.

E.  KISAH YANG MENAKJUBKAN
Syahdan, pada zaman dahulu ada seorang laki-laki yang durhaka kepada ibunya (ia berani memukul dan mencacinya), dan lebih mencintai istrinya. Pada suatu hari istrinya jatuh sakit.
Dokter berkata, “istrimu harus menjalani cangkok jantung.” Maka laki-laki yang kejam itu pergi menemui ibunya kemudian membunuhnya dan mengeluarkan jantungnya. Kemudian ia genggam jantung tersebut dengan tangannya. Ditengah perjalanan ia terantuk jatuh sehingga hampir saja ia terjatuh. Tiba-tiba jantung sang ibu tersebut berseru, “Hati-hati wahai anakku, jangan sampai terjatuh!”
Duhai begitu menakjubkan, duhai begitu kasih dan sayangnya sang ibu kepada anaknya. Sungguh amat mengagumkan!!.

F.   HAK-HAK KEDUA ORANG TUA
Allah Ta’ala telah menetapkan hak-hak untuk kedua orang tua, diantaranya :
1.      Menaati keduanya dikala masih muda ataupun ketika sudah dewasa.
2.      Berbuat baik kepada keduanya, sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah Ta’ala
..... dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …..

3.      Memuliakan keduanya, mencium kedua tangannya, menghormati keduanya.
4.      Tidak membebani keduanya dengan banyaknya permintaan dan tuntutan.
5.      Lebih mendahulukan ibu dan ayah dari semua orang. Maka apabila seorang muslim hendak memberikan hadiah, hendaknya ia lebih mendahulukan kedua orang tuanya.
6.      Mendo’akan keduanya agar mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah dan menyeru manusia (agar mendo’akan) kedua orang tua mereka dengan mengatakan :

Wahai rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.

7.      Tidak menampakkan ketidaksukaan kepada keduanya sekalipun dengan perkataan ‘uf’ (ah) yang hanya terdiri dari dua huruf. Seandainya dalam bahasa arab ada kata yang lebih sedikit jumlah hurufnya dari kata tersebut niscaya akan disebutkan dalam Al-Quran.
8.      Memanggilnya dengan sebutan ‘ayah’ dan ‘ibu’. Tidak meniru budaya orang-orang yang memanggil orang tua mereka dengan sebutan ‘hai fulan’ dan ‘fulanah’, karena demikian merupakan adap yang buruk kepada mereka.
9.      Memaksimalkan penghormatan kepada keduanya. Ada seorang sholih yang tidak suka makan bersama ibunva. Maka orang-orangpun bertanya tentang, perbuatannya tersebut. Ia menjawab “Sesungguhnya aku kawatir jangan-jangan ibuku menginginkan suatu makanan tetapi ternyata aku telah mengambilnya terlebih dahulu, sehingga aku menghalanginya untuk memakan makanan tersebut. Dengan demikian aku digolongkan sebagai orang yang durhaka kepadanya.”
10.  Selalu berusaha mendapatkan keridhoan mereka berdua, serta tidak membuat keduanya marah.
Ada seorang lelaki yang keluar hendak berjihad fisabilillah dengan meninggalkan kedua orang tuanya sehingga keduanya menangis karenanya. Lalu Nabi SAW barsabda:
Kembalilah kepada kedua orang tuamu. Buatlah mereka tersenyum sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis!
G.  DOSA DURHAKA KEPADA KEDUA ORANGTUA
Ada sebagian anak melakukan dosa paling besar, yaitu durhaka kepada kedua orangtua. Durhaka adalah kebalikan dari berbakti kepada kedua orangtua.
Engkau lihat ia menentang mereka, tidak menaati mereka, bahkan terkadang mencaci maki mereka, atau bahkan memukul mereka, atau meninggalkan ayah dan ibunya disaat mereka membutuhkannya. Nabi SAW telah mengabarkan kepada kita tentang dosa yang mengerikan ini. Beliau bersabda:
Maukah aku kabarkan pada kalian tentang dosa yang paling besar? Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka pada orangtua.
Beliau SAW juga bersabda, “Diantara dosa besar adalah seorang laki-laki mencacimaki kedua orangtuanya. Para sahabat bertanya, Bagaimana bisa seorang mencaci kedua oranotuanya?” Beliau menjawab, “Ya, dia mencaci ayah seseorang lalu orang tersebut balas mencacimaki ayah dan ibunya.”
Maksud dari hadis tersebut adalah seseorang mencela sahabatnya dengan mengatakan, “Hai anak.... (dengan menyebutkan sesuatu yang jelek)!” Lalu sahabatnva tadi membalas. “Kamu yang anak demikian….(dengan menyebutkan sesuatu yang jelek)!” sehingga cacian dan makian itu akhirnya dikembalikan kepadanya.
Ini adalah dosa yang teramat besar disisi Allah ‘Azza Wajaila. Hal ini hanya dilakukan oleh orang yang bermaksiat dan durhaka. Adapun orang-orang yang beriman, maka lisan mereka suci dari ucapan tercela ini. Nabi bersabda:
Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla mengharamkan atas kalian berlaku durhaka kepada ibu-ibu kalian.




H.  BENTUK-BENTUK KEDURHAKAAN KEPADA KEDUA ORANGTUA
1.      Seorang anak durhaka kepada kedua orang tuanya dengan tidak menaati segala perintahnya, atau menaati perintah yang disukainya saja, dan menentang perintah yang dibencinya sehingga menyusahkan kedua orangtuanya. 
Sebagian anak lebih suka tidur dan berleha-leha dari pada membantu ayah dan ibunya. Sebagian lagi lebih suka menonton televisi daripada membantu kedua orangtuanya.
2.      Sebagian anak menjadikan orangtuanya bersedih karena gagal dalam  ujian, atau menyebabkan orangtuanya bersedih karena gagal dalam ujian, atau menyebabkan orangtuanya menghadapi banyak masalah, atau tidak mau menaati perintah mereka
3.      Sebagian anak bermuamalah dengan orangtuanya dengan cara yang kasar sehingga menyebabkan mereka marah.
4.      Sebagian lagi berlidah tajam, mencaci maki ayah dan ibunya.
5.      Terkadang ia bertindak jahat. Ia tak segan memainkan tangannya untuk menyakiti ayah dan ibunya.
6.      Sebagian anak ada yang, merasa malu jika menampakkan pekerjaan ayah dan ibunya. Padahal ia tidak faham bahwa andaikata ayahnya mampu menggapai bintang gemintang dilangit, semua itu akan dia berikan hanya untuk sang anak.
7.      Sebagian yang lain meninggikan suaranya terhadap ayah dan ibunya.
8.      Banyak anak lebih mencintai sahabatnya, atau kerabatnya, dibanding ayah dan ibunva. Ia  lebih banyak memberikan hadiah kepada mereka dan melupakan kedua orangtuanya.
9.      Melupakan kedua orangtuanya setelah keduanya meninggal dunia, sehingga ia tidak mendoakan mereka dan tidak mengeluarkan sedekah untuk mereka
10.  Sebagian anak berlaku kikir terhadap kedua orangtuanya dalam masalah harta, sehingga ia bersikap egois, hanya mementingkan dirinya sendiri.
11.   Sebagian lainnya membebani ayah dan ibu mereka dengan berbagai macam tuntutan dan urusan.

I.    APA YANG HARUS DILAKUKAN JIKA ORANG TUA BELIAU MENINGGAL DUNIA?

Terkadang satu diantara kedua orang tua kita telah meninggal dunia, atau bahkan kedua-duanya telah meninggal. Pada saat itu seorang muslim wajib melakukan amalan diantaranya:
1.      Memperbanyak do’a dan istigfar untuk mereka karena Allah SWT akan mengangkat derajat mereka di jannah dengan banyaknya istighfar.
2.      Mengeluarkan sedekah untuk keduanya setelah mereka wafat.
3.      Berbuat baik kepada teman ayah atau ibunya.
4.      Menyambung tali silaturrahmi kepada kerabat ayah dan ibunya. Mengunjungi paman dan bibi dari pihak ayah ataupun ibu, serta memuliakan keduanya.

Nabi SAW telah memerintahkan orang yang ditinggal mati agar memuliakan ibunya.

J.   BISAKAH KITA MEMBALAS KEBAIKAN KEDUA ORANG TUA KITA ?
Setelah kita menunaikan berbagai kewajiban ini apakah berarti kita telah membalas jasa-jasa kedua orang tua kita?
Seorang laki-laki pernah datang menghubungi Rasulullah SAW lalu bertanya. “Wahai Rasulullah, saya telah menggendong ibu saya diatas pundak saya, lalu saya menunaikan haji bersamannya. Apakah dengan demikian berarti saya telah membalas jasa beliau?” Maka Nabi SAW pun menjawab:
“Tidak, engkau belum bisa membalas budi beliau sekalipun dengan thalqoh.”
Thalqoh adalah bagian dari rasa sakit yang diderita sang, ibu ketika melahirkan. Sedangkan laki­-laki tersebut telah mengendong ibunya diatas pundaknya kemudian menunaikan haji bersama ibunya yakni Thowaf  disekitar Ka'bah dan melakukan Sa’I antara Shofa dan Marwa, serta melaksanakan Wukuf di bukit Arafah bersama ibunya.
Ia melakukan semua manasik haji dengan menggendong sang ibu diatas pundaknya, serta memberinva makanan dan minuman. Dan ia pun membantu segala kebutuhan sang ibu. Namun ternyata hal itu belum mampu membalas jasa sang ibu walaupun satu bagian saja dari rasa sakit yang diderita sang ibu ketika melahirkan.
Nabi SAW bersabda:

Tidaklah seorang anak mampu membalas jasa orang tuanya kecuali jika ia mendapati orang tuanya menjadi budak kemudian ia membelinya, lalu membebaskannya.

Artinya seorang anak tidak akan mampu membalas jasa orang tua terhadapnya, kecuali dalam satu kondisi saja, yaitu ketika la melihatnya menjadi budak yang diperjualbelikan, lalu la membelinya, kemudian memerdekakannya dari perbudakan.
Maka siapa diantara kita yang sanggup membalas jasa yang begitu besar ini? Dan siapakah diantara kita yang sanggup membayar hak-hak kedua orangtuanya atau sebagian saja darinya?        
Maka hendaknva kita menaati kedua orangtua kita karena barang siapa menaati mereka, niscaya ia akan masuk Jannah dan mendapatkan keridhoan Allah Ta'ala.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar