Seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW lalu
bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak aku perlakukan
dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu” ia bertanya lagi, “lalu siapa lagi?”
Nabi berkata, “Ibumu” “Kemudian siapa lagi?” lanjut lelaki itu. “Ibumu”. Jawab
Nabi. Lelaki itu kembali bertanya, “Lalu siapa lagi?” Rasulullah berkata,
“Bapakmu.”
(HR. Mutafakun Alaih)
A. KEUTAMAAN AYAH DAN IBU
Seandainya kita bertanya kepada seorang
ayah atau ibu, “Mengapa engkau rela berkorban untuk anak-anakmu?”
“Mengapa engkau meninggalkan rumah,
rela mengorbankan waktu istirahatmu, dan bekerja keras dalam hidup ini?”
Jawaban atas pertanyaan itu hanya satu,
“Kami rela berpayah-payah dan bekerja keras adalah untuk anak-anak kami agar mereka
hidup bahagia serta bisa bersekolah dan melakukan aktivitas dengan penuh kebahagiaan.”
Allah Ta’ala berfirman
Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada
ibu-bapaknya.
(Al-Ankabut:8)
Sang ibu telah mengandung janin yang ikut makan bersamanya. Sehingga badannya lemah.
Akan tetapi ia tetap bersabar ketika mengetahui bahwa anaknyalah yang memakan
makanan (yang masuk dalam tubuhnya) Andai harus berkorban nyawa, niscaya ia
akan memberikan nyawa tersebut sebagai hadiah untuk anaknya.
Kemudian ia menyusuinya hingga dua
tahun penuh. Mengasuh sang bayi yang tidak bisa berbuat apa-apa sejak ia masih
kecil. Ketika itu, ia hanya bisa menangis, tidak bisa berjalan dan berbicara,
maka sing ibu membimbingnya. Ia lewati malam yang begitu panjang tanpa tidur
dan beristirahat ketika sikecil revel.
Dialah yang bercucuran air mata
dikedua pipinya ketika mengetahui anaknya jatuh sakit. Maka dengan segala upaya
ia berusaha keras untuk kesembuhan anaknya.
Lalu giliran sang ayah bekerja keras,
membanting tulang untuk kemuliaan hidup anak-anaknya yang masih kecil. Sang
ayahlah yang menjadi penopang bagi anak, tentunya setelah Allah SWT.
Namun setelah sang anak tumbuh
dewasa, mereka lupa atas kebaikan dan jasa-jasa ini. Mereka berlaku bakhil kepada
kedua orang tuanya sampai-sampai dalam hal kenikmatan (dunia).
Maka mulai saat ini saya peringatkan
kepada kalian wahai anak-anak dengan beberapa pertanyaan berikut ini :
“Siapa yang telah mengandungmu dalam perut selama
sembilan bulan?”
“Siapa yang, telah bersabar menahan rasa sakit ketika
melahirkanmu hingga hampir saja ia
meninggal dunia?”
“Siapa yang telah menyusuimu selama dua tahun penuh?”
“Siapa yang terjaga semalaman dan mengorbankan waktu
istirahatnya untukmu, untuk mencukupi kebutuhan pangan dan sandangmu?”
“Siapa yang membawamu kedokter ketika kamu sakit, membelikan
obat untukmu. Ia tidak bisa tersenyum hingga Allah menyembuhkanmu?”
Sesungguhnya kita tidak akan bisa
merasakan begitu betapa berharganya seorang
ayah atau ibu, kecuali ketika kita telah kehilangan salah satu dari mereka. Maka muliakanlah
kedua orang tuamu, niscaya Allah SWT akan memuliakanmu juga.
B. HUKUMAN BAGI ORANG YANG DURHAKA KEPADA ORANG
TUANYA
Dikisahkan pada zaman dahulu ada seorang
laki-laki yang memukul ayahnya dan menyeretnya dengan pakaiannya sehingga
sampai ditoko penjual makanan. Ketika
orang ini telah lanjut usia sedangkan ayahnya telah meninggal dunia, pemilik
toko ini menyaksikan kejadian yang sangat aneh. Lelaki yang memukul ayahnya tadi
datang lagi. Akan tetapi kali ini ia datang bersama anaknya. Alangkah menakjubkan,
ternyata anak tersebut juga memukul ayahnya sebagaimana sang ayah dulu memukul
kakeknya. Ketika anak dan ayahnya tersebut sampai di depan toko makanan, sang
ayah berteriak, “Cukup wahai anakku, ayahmu dulu menyeret kakekmu hanya sampai
disini saja, jangan kau tambah lagi!”
Dikisahkan pula, ada seorang lelaki
kaya yang memiliki anak yang masih kecil, ia juga memiliki ayah yang sudah
lanjut usia yaitu kakek dari anaknya. Lelaki ini meletakkan makanan untuk
ayahnya pada sebuah wadah yang terbuat dari kayu. Si anak bertanya kepada sang
ayah “Wahai ayah, mengapa kau letakkan makanan kakek dimangkuk kayu ini?”
Sang ayah menjawab, “Sesungguhnya
kakekmu itu sudah tua, aku kawatir ia akan memecahkan mangkuk-magkuk kita yang
harganya mahal.”
Maka sianakpun berucap, “Kalau
begitu, tolong simpankan mangkuk kayu itu wahai ayah, hingga natinya aku bisa
menggunakannya untuk menyuguhkan makanan kapada ayah jika ayah sudah seumur
kakek !” Inilah buah dari kejahatan yang hanya menuai penyesalan…sedangkan
balasan atas perbuatan baik adalah kebaikan juga.
Rasulullah SAW telah memberitahukan
kepada kita dalam sabda beliau, “Setiap dosa itu akan ditangguhkan balasannya
oleh Allah hingga akhir kiamat kelak,
kecuali dosa durhaka kepada orang tua. Adzabnya akan disegerakan ketika
sipelaku masih hidup, sebelum kematiannya,”
Setiap dosa yang diperbuat oleh
manusia akan diampuni oleh Allah atau akan dihisap diakhirat nanti, kecuali dosa
durhaka kepada ayah dan ibu. Adzabnya akan ditimpahkan dengan segera kapada
pelakunya.
C. APA YANG
HARUS DILAKUKAN ORANG YANG DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA JIKA IA MAU BERTOBAT ?
Ketika Allah SWT akhirnya ridho
terhadap anak yang dahulunya durhaka. Dia memberikan jalan taubat baginya dan
menginginkan agar anaknya tersebut bertaubat.
Maka barang siapa ingin bertaubat
dari dosa durhaka kepada orangtua, hendaknya ia menemui kedua orangtuanya dan
meminta maaf kepada keduanya serta memohon kerelaan mereka atas sikapnya yang
menentang selama ini.
Demi Allah, sesungguhnya hati ayah
dan ibu itu sangat lembut, sehingga mereka akan segera memberikan maaf dan pengampunan
kepada anaknya dengan segera. Kemudian ia meminta ampunan kepada Allah SWT dan berjanji
untuk tidak mengulangi dosa tersebut pada kesempatan yang lain.
Dan barang siapa yang kedua
orangtuanya telah tiada sedangkan ia pernah berlaku durhaka terhadap mereka,
maka hendaknya mendatangi kuburan kedua orangtua
tersebut, meminta ampunan kepada Allah. Kemudian ia Meminta ampunan kepada
Allah untuk dirinva sendiri. Kemudian bersedekah untuk ruh kedua orangtuanya,
dan berbuat baik kepada kerabat mereka; agar dengan semua ini Allah Azza Wajalla
berkenan mengampuni mereka
INGAT: Allah hanya berwasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua
orangtuanya dan tidak mewasiatkan hal itu kepada orangtua terhadap anak-anaknya.
D. HIKMAH YANG BISA DIPETIK
- Taat dan berbuat baik kepada kedua orangtua tatkala mereka masih hidup dan ketika mereka telah tiada.
- Durhaka kepada kedua orangtua adalah dosa paling besar yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
- Ayah dan ibu kitalah yang menjadi kunci keberadaan kita di dunia setelah Allah SWT.
- Mengetahui hak-hak orangtua ketika mereka masih hidup dan sesudah mereka tiada.
- Apa pun yang kita lakukan tidak akan mampu membalas jasa kedua orangtua kita terhadap kita.
- Segera bertaubat dari dosa durhaka kepada orangtua sebelum Allah menimpakan adzab-Nya atas kita.
E. KISAH YANG MENAKJUBKAN
Syahdan, pada zaman dahulu ada
seorang laki-laki yang durhaka kepada ibunya (ia berani memukul dan
mencacinya), dan lebih mencintai istrinya. Pada suatu hari istrinya jatuh
sakit.
Dokter berkata, “istrimu harus
menjalani cangkok jantung.” Maka laki-laki yang kejam itu pergi menemui ibunya
kemudian membunuhnya dan mengeluarkan jantungnya. Kemudian ia genggam jantung
tersebut dengan tangannya. Ditengah perjalanan ia terantuk jatuh sehingga
hampir saja ia terjatuh. Tiba-tiba jantung sang ibu tersebut berseru, “Hati-hati
wahai anakku, jangan sampai terjatuh!”
Duhai begitu menakjubkan, duhai
begitu kasih dan sayangnya sang ibu kepada anaknya. Sungguh amat mengagumkan!!.
F. HAK-HAK KEDUA ORANG TUA
Allah Ta’ala telah menetapkan hak-hak
untuk kedua orang tua, diantaranya :
1.
Menaati keduanya dikala masih
muda ataupun ketika sudah dewasa.
2.
Berbuat baik kepada keduanya,
sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah Ta’ala
..... dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya …..
3.
Memuliakan keduanya, mencium
kedua tangannya, menghormati keduanya.
4.
Tidak membebani keduanya dengan
banyaknya permintaan dan tuntutan.
5.
Lebih mendahulukan ibu dan ayah
dari semua orang. Maka apabila seorang muslim hendak memberikan hadiah,
hendaknya ia lebih mendahulukan kedua orang tuanya.
6.
Mendo’akan keduanya agar mendapatkan
rahmat dan ampunan dari Allah dan menyeru manusia (agar mendo’akan) kedua orang
tua mereka dengan mengatakan :
Wahai rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil.
7.
Tidak menampakkan ketidaksukaan
kepada keduanya sekalipun dengan perkataan ‘uf’ (ah) yang hanya terdiri dari
dua huruf. Seandainya dalam bahasa arab ada kata yang lebih sedikit jumlah
hurufnya dari kata tersebut niscaya akan disebutkan dalam Al-Quran.
8.
Memanggilnya dengan sebutan
‘ayah’ dan ‘ibu’. Tidak meniru budaya orang-orang yang memanggil orang tua
mereka dengan sebutan ‘hai fulan’ dan ‘fulanah’, karena demikian merupakan adap
yang buruk kepada mereka.
9.
Memaksimalkan penghormatan
kepada keduanya. Ada
seorang sholih yang tidak suka makan bersama ibunva. Maka orang-orangpun
bertanya tentang, perbuatannya tersebut. Ia
menjawab “Sesungguhnya aku kawatir jangan-jangan ibuku menginginkan suatu makanan
tetapi ternyata aku telah mengambilnya terlebih dahulu, sehingga aku menghalanginya
untuk memakan makanan tersebut. Dengan demikian aku digolongkan sebagai orang
yang durhaka kepadanya.”
10.
Selalu berusaha mendapatkan
keridhoan mereka berdua, serta tidak membuat keduanya marah.
Ada seorang lelaki yang keluar hendak berjihad fisabilillah dengan
meninggalkan kedua orang tuanya sehingga keduanya menangis karenanya. Lalu Nabi
SAW barsabda:
Kembalilah kepada kedua orang tuamu. Buatlah mereka
tersenyum sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis!
G. DOSA DURHAKA KEPADA KEDUA
ORANGTUA
Ada sebagian anak
melakukan dosa paling besar, yaitu durhaka kepada kedua orangtua. Durhaka
adalah kebalikan dari berbakti kepada kedua orangtua.
Engkau lihat ia menentang mereka,
tidak menaati mereka, bahkan terkadang mencaci maki mereka, atau bahkan memukul
mereka, atau meninggalkan ayah dan ibunya disaat mereka membutuhkannya. Nabi
SAW telah mengabarkan kepada kita tentang dosa yang mengerikan ini. Beliau
bersabda:
Maukah aku kabarkan pada kalian
tentang dosa yang paling besar? Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka pada
orangtua.
Beliau SAW juga bersabda, “Diantara
dosa besar adalah seorang laki-laki mencacimaki kedua orangtuanya. Para sahabat
bertanya, Bagaimana bisa seorang mencaci kedua oranotuanya?” Beliau menjawab, “Ya,
dia mencaci ayah seseorang lalu orang tersebut balas mencacimaki ayah dan ibunya.”
Maksud dari hadis tersebut adalah
seseorang mencela sahabatnya dengan mengatakan, “Hai anak.... (dengan menyebutkan
sesuatu yang jelek)!” Lalu sahabatnva tadi membalas. “Kamu yang anak demikian….(dengan
menyebutkan sesuatu yang jelek)!” sehingga cacian dan makian itu akhirnya dikembalikan
kepadanya.
Ini adalah dosa yang teramat besar
disisi Allah ‘Azza Wajaila. Hal ini hanya dilakukan oleh orang yang bermaksiat
dan durhaka. Adapun orang-orang yang beriman, maka lisan mereka suci dari
ucapan tercela ini. Nabi bersabda:
Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla
mengharamkan atas kalian berlaku durhaka kepada ibu-ibu kalian.
H. BENTUK-BENTUK KEDURHAKAAN
KEPADA KEDUA ORANGTUA
1.
Seorang anak durhaka kepada kedua
orang tuanya dengan tidak menaati segala perintahnya, atau menaati perintah yang
disukainya saja, dan menentang perintah yang dibencinya sehingga menyusahkan
kedua orangtuanya.
Sebagian anak lebih suka tidur dan berleha-leha dari
pada membantu ayah dan ibunya. Sebagian lagi lebih suka menonton televisi
daripada membantu kedua orangtuanya.
2.
Sebagian anak menjadikan orangtuanya
bersedih karena gagal dalam ujian, atau
menyebabkan orangtuanya bersedih karena gagal dalam ujian, atau menyebabkan orangtuanya
menghadapi banyak masalah, atau tidak mau menaati perintah mereka
3.
Sebagian anak bermuamalah dengan
orangtuanya dengan cara yang kasar sehingga menyebabkan mereka marah.
4.
Sebagian lagi berlidah tajam,
mencaci maki ayah dan ibunya.
5.
Terkadang ia bertindak jahat.
Ia tak segan memainkan tangannya untuk menyakiti ayah dan ibunya.
6.
Sebagian anak ada yang, merasa
malu jika menampakkan pekerjaan ayah dan ibunya. Padahal ia tidak faham bahwa
andaikata ayahnya mampu menggapai bintang gemintang dilangit, semua itu akan
dia berikan hanya untuk sang anak.
7.
Sebagian yang lain meninggikan
suaranya terhadap ayah dan ibunya.
8.
Banyak anak lebih mencintai
sahabatnya, atau kerabatnya, dibanding ayah dan ibunva. Ia lebih banyak memberikan hadiah kepada mereka
dan melupakan kedua orangtuanya.
9.
Melupakan kedua orangtuanya
setelah keduanya meninggal dunia, sehingga ia tidak mendoakan mereka dan tidak
mengeluarkan sedekah untuk mereka
10.
Sebagian anak berlaku kikir
terhadap kedua orangtuanya dalam masalah harta, sehingga ia bersikap egois,
hanya mementingkan dirinya sendiri.
11.
Sebagian lainnya membebani ayah dan ibu mereka
dengan berbagai macam tuntutan dan urusan.
I. APA YANG HARUS DILAKUKAN JIKA ORANG TUA
BELIAU MENINGGAL DUNIA?
Terkadang satu diantara kedua orang
tua kita telah meninggal dunia, atau bahkan kedua-duanya telah meninggal. Pada
saat itu seorang muslim wajib melakukan amalan diantaranya:
1.
Memperbanyak do’a dan istigfar
untuk mereka karena Allah SWT akan mengangkat derajat mereka di jannah dengan
banyaknya istighfar.
2.
Mengeluarkan sedekah untuk keduanya
setelah mereka wafat.
3.
Berbuat baik kepada teman ayah
atau ibunya.
4.
Menyambung tali silaturrahmi
kepada kerabat ayah dan ibunya. Mengunjungi paman dan bibi dari pihak ayah
ataupun ibu, serta memuliakan keduanya.
Nabi SAW telah memerintahkan orang yang ditinggal
mati agar memuliakan ibunya.
J. BISAKAH KITA MEMBALAS KEBAIKAN KEDUA ORANG
TUA KITA ?
Setelah kita menunaikan berbagai
kewajiban ini apakah berarti kita telah membalas jasa-jasa kedua orang tua
kita?
Seorang laki-laki pernah datang menghubungi
Rasulullah SAW lalu bertanya. “Wahai Rasulullah, saya telah menggendong ibu
saya diatas pundak saya, lalu saya menunaikan haji bersamannya. Apakah dengan
demikian berarti saya telah membalas jasa beliau?” Maka Nabi SAW pun menjawab:
“Tidak, engkau belum bisa membalas budi beliau
sekalipun dengan thalqoh.”
Thalqoh adalah bagian dari rasa sakit
yang diderita sang, ibu ketika melahirkan. Sedangkan laki-laki tersebut telah
mengendong ibunya diatas pundaknya kemudian menunaikan haji bersama ibunya yakni
Thowaf disekitar Ka'bah dan melakukan
Sa’I antara Shofa dan Marwa, serta melaksanakan Wukuf di bukit Arafah bersama
ibunya.
Ia melakukan semua manasik haji
dengan menggendong sang ibu diatas pundaknya, serta memberinva makanan dan minuman.
Dan ia pun membantu segala kebutuhan sang ibu. Namun ternyata hal itu belum
mampu membalas jasa sang ibu walaupun satu bagian saja dari rasa sakit yang
diderita sang ibu ketika melahirkan.
Nabi SAW bersabda:
Tidaklah seorang anak mampu membalas jasa orang
tuanya kecuali jika ia mendapati orang tuanya menjadi budak kemudian ia
membelinya, lalu membebaskannya.
Artinya seorang anak tidak akan mampu
membalas jasa orang tua terhadapnya, kecuali dalam satu kondisi saja, yaitu
ketika la melihatnya menjadi budak yang diperjualbelikan, lalu la membelinya, kemudian
memerdekakannya dari perbudakan.
Maka siapa diantara kita yang sanggup
membalas jasa yang begitu besar ini? Dan siapakah diantara kita yang sanggup
membayar hak-hak kedua orangtuanya atau sebagian saja darinya?
Maka hendaknva kita menaati kedua
orangtua kita karena barang siapa menaati mereka, niscaya ia akan masuk Jannah
dan mendapatkan keridhoan Allah Ta'ala.
0 komentar:
Posting Komentar